Rabu, 28 Oktober 2009

SANTRI SEBAGAI AGENT OF CHANGE


Tak ada yang tidak mungkin seorang santri yang menuntut ilmu dan menetap dalam pondok pesantren, yang notabene hanya mampu berkompeten dalam bidang keilmuan agama saja – di sisi lain buta dalam hal keilmuan umum dan gagap teknologi – mampu bersaing dengan orang-orang luar yang lebih menguasai dalam keilmuan umum dengan media-media informasi yang berkembang pada zaman sekarang. Saat ini banyak orang gempar membahas tentang dunia teknologi informasi yang terkait dengan isu ini, serta berani beradu kemampuan dalam mengkreasikan pengetahuan intelektualnya di media tulis-menulis.

Tak hanya itu, mereka bahkan mencari-cari media yang sekiranya dapat di akses oleh banyak orang, dulu banyak orang memanfaatkan koran, majalah dan tabloid untuk media info yang paling efektif, tetapi pada saat ini – seiring dengan berkembangnya zaman – internet di anggap menjadi media informasi yang lebih efektif dan efisien, selain itu juga dengan biaya yang relatif murah. Tak dapat di pungkiri lagi dunia internet yang sudah merayap ke penjuru belahan dunia bahkan sampai ke pelosok desapun mampu mengundang dan membius perhatian orang banyak akan hal ini. Terkadang santri “minder” menghadapi kenyataan yang berkembang, padahal jika mereka lebih punya kemauan untuk berani mencoba meng-explore pengetahuannya, mereka tak kalah “hebat” untuk bersaing dengan orang-orang pada umumnya, hanya saja mungkin mereka masih kurang dalam penguasaan media informasi digital yang berkembang terutama dalam bidang internet. Sekarang apa sih yang ngga’ bisa menggunakan internet ? mau cari kerjaan, cari jodoh, download atau up-load, semua bisa dengan itu, jangankan cuman mau meng-explore kemampuan intelektual, sangatlah mudah jika kita mau mempelajarinya. Dengan latar balakang inilah banyak instansi pemerintah, maupun lembaga-lembaga sosial yang mau ikut nimbrung mengurusi dan peran serta dalam pengentasan ketidak tahuan kita akan media informasi digital khususnya internet, bahkan tak jarang juga dari mereka mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat pendidikan tentang internet, mulai dari pengetahuan internet itu sendiri sampai ke penggunaan dan pemanfaatan internet secara optimal, seperti pembuatan e-mail, browsing, chatting, downloading, up-loading, atau bahkan pembuatan blog sederhana yang bisa memuat tulisan-tulisan ide kreatif dari banyak orang. Dari sinilah santri dapat mengambil manfaat dengan adanya pelatihan-pelatihan seperti tersebut di atas, ini akan sangat bermanfaat jika santri mau menggunakannya, mengapa begitu? Karena pada zaman sekarang kita yang di landa krisis agama – kurang pengetahuan tentang agama – banyak yang merasa butuh akan informasi-informasi yang terkait tentang keagamaan, santri harus lebih mampu berperan pro-aktif sebagai penyedia informasi tentang keagamaan, dan di sisi lain juga sebagai media syiar dalam konteks Islam. Karena sudah bukan zamannya lagi kita syiar Islam dengan cara-cara konvensional, dengan berpidato di hadapan orang banyak yang lebih mengutamakan kemampuan emosional dan kepercayaan diri, karena target kita pada saat ini berbeda dengan dulu karena sudahlah tidak relevan dan efektif lagi dengan melihat kemampuan orang-orang sekarang yang lebih banyak menggunakan media-media informasi digital untuk mengakses sebuah informasi. Walaupun, masih banyak juga orang yang menggunakan cara-cara konvensioanl untuk mensyiarkan islam, misalnya dalam pesantren sendiri yang terus melestarikan cara ini. Selain itu, santri yang dalam posisinya sebagai seorang pelajar di pesantren, tak jarang dari mereka yang juga belajar di luar pelajaran-pelajaran agama, katakanlah mereka juga sekolah umum misalnya, SD, SMP, SMA sampai ke perguruan tinggi, secara otomatis mereka tak hanya mendapat gelar santri yang belajar di pesantren, tetapi juga siswa atau mahasiswa yang belajar di Sekolah umum, ini akan lebih memberikan nilai plus pada seorang santri dalam pengembangan informasi di dunia maya dengan memanfaatkan teknologi media digital. Yang di harapkan adalah seorang santri selain mereka dapat meng-explore pengetahuan agamanya juga dapat meng-explore pengetahuan umumnya, lebih-lebih mereka mampu mensinergikan antara ilmu agama dan ilmu umum, atau bahkan mengintegrasikan keduanya. Inilah Agent of Change yang sesungguhnya, penguasaan ilmu agama yang mumpuni serta kemampuan ilmu umum yang menyeimbanginya, di tambah dapat menguasai media informasi digital berbasis internet, akan lebih mampu memberi warna untuk mengisi ruang-ruang kosong di era global yang krisis dengan Agama ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kesediannya mengisi komentar pada tulisan-tolisan yang kami posting.