Selasa, 27 Oktober 2009

Resensi Terminator Salvation



Saat kita berbicara tentang serangkaian adegan aksi dalam film ini, topik tentang besarnya biaya yang terpakai untuk pembuatan film ini tidak akan selesai-selesai—Terminator Salvation memang sebagian besar hanya berisikan adegan aksi tanpa cerita. Jika Ada beberapa orang yang sudah menontonnya, pasti akan tahu kemana saja larinya uang triliunan itu. Penuh ledakan, aksi robot super besar, tembak-tembakan, kejar-kejaran di udara, motor-motoran, dan semua hal berbau aksi futuristik.
Poin Saya di sini adalah, Terminator Salvation memang tidak punya cerita yang baru—kalaupun temanya menarik, itu memang sepenuhnya milik Terminator milik Cameron, Salvation hanya mengungkit secuil saja sebagai jembatannya. Dengan cerita yang sebenarnya sangatlah pendek, serangakaian adegan aksi dipanjang-panjangkan hingga film ini berhasil menjadi durasi dua jam. Menurut Saya, sebagai penyeimbang antara cerita yang singkat dengan aksi yang mahal, durasi film ini menjadi terlalu lama. Walaupun pada awalnya saya juga kebingungan apa yang akan saya tulis untuk film berdurasi 2 jam ini yang sedikit cerita tetapi banyak menampilkan kecanggihan teknologi-teknologi dalam perannya, dan saya pribadi juga tak banyak tahu teknologi apa saja yang di pakai dalam film ini.
Bagaimana bila kehidupan dikendalikan oleh mesin ciptaan manusia? bagaimana bila manusia berhadapan melawan ciptaannya sendiri? demikian pertanyaan yang hendak dijawab film Terminator Salvation: The Future Begins. meskipun pemeran utama tidak lagi dipegang oleh Arnold Schwarzenegger yang kekar dan macho itu, sekuel Terminator tetap saja menarik bagi penikmat aksi manusia melawan robot.
Christian Bale (Batman Begins dan The Dark Knight) dengan suara serak-seraknya berperan sebagai John Connor pemimpin gerakan separatis melawan Skynet dan mesin-mesin pembunuhnya. tidak tanggung-tanggung mesin-mesin itu gentayangan di darat, air, dan udara demi mengejar dan menangkapi manusia. dari sinilah ketegangan dibangun, dan jalinan cerita dikembangkan.
Connor berhadapan dengan Marcus Wright, seorang dengan masa lalu sebagai pembunuh. Marcus dieksekusi mati, sebelumnya ia telah meneken surat perjanjian untuk penggunaan organ tubuhnya untuk keperluan riset. di tahun 2018, Marcus 'bangkit' dan ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada dirinya setelah eksekusi mati hingga keberadaannya di tahun 2018. Apakah Marcus kemudian menjadi tokoh jahat atau antagonis? pertanyaan ini terkesan terlalu sederhana untuk dijawab hingga pada akhir film karena animasi pertarungan manusia melawan mesin masih terlalu mengasyikkan sebagai tontonan. Sebelum sebuah drama (yang seperti dipaksakan) digelar pada akhir film. dan tampaknya kalimat: "dirimu adalah manusia, bukan mesin. jadi bersikaplah sebagaimana manusia..." menjadi pesan utama yang ingin disampaikan di T4.
Untuk adegan aksi dan drama, film Terminator Salvation menurut saya layak mendapat 7,5 dari 10 bintang.


Tahun 2018, di hari kiamat, para pasukan pemberontak masih terus berperang melawan Skynet untuk bisa bertahan hidup. Banyak orang percaya masa depan manusia bergantung pada nabi muda, John Connor (Christian Bale). Pusat komando gerakan pemberontak yang dipimpin oleh Jendral Ashdown (Michael Ironside) menemukan bom yang bisa menghancurkan skynet dan Connor bersedia menjadi sukarela untuk melakukan misi suci itu. Ternyata ayah Connor yang di tahun ini masih remaja, Kyle Reese (Anton Yelchin) beserta banyak tawanan manusia lainnya masih terjebak di markas skynet yang membuat Connor harus lebih dulu menyelamatkan sang calon ayah. Dalam misi pribadinya ini, Connor dibantu oleh pria kekar dari tahun 2003, Marcus Wright (Sam Worthington), untuk bisa menembus skynet dan menyelamatkan masa depan. Terminator Salvation punya feel yang beda dari tiga film terminator sebelumnya. Bisa di katakan kalau Terminator Salvation seperti Transformers ditambah dengan Mad Max. Setting-nya sangat depressing memperlihatkan bumi post-apocalyptic. Daripada disebut aksi kucing-tikus seperti sebelumnya, Terminator Salvation lebih cenderung menuju jenis film perang dengan warna yang dikurangi serta nyaris selalu kecoklatan seperti Saving Private Ryan.
Berbicara masalah pameran robot, Terminator Salvation adalah seri Terminator yang paling banyak menampilkan robot seri T. Bukan lagi robot yang bisa meleleh atau robot berkedok wanita seksi, tetapi apa yang ada di Terminator Salvation adalah tipe robot-robot raksasa seperti Transformers. Lihat juga mototerminator. Seri T primitif seperti T-600 dan tentu saja ikon seri Terminator, T-800. Semua desain itu sudah dibuat oleh maestro efek khusus Stan Winston, sebelum ia meninggal di tengah-tengah produksi film ini. Dan visual akhirnya sangat extravaganza. Boleh diadu dengan kemegahan Transformers—dan memang sepertinya Terminator Salvation pasti akan menjadi pembanding saat sekuel Transformers dirilis beberapa minggu lagi.
Sam Worthington mencuri perhatian lewat perannya sebagai pria dari masa lalu yang kembali hidup di masa depan, Marcus Wright—ia sudah menutup peran sentral John Connor. Christian Bale membawa emosi khas Batman ke dalam tokoh John Connor. Ia marah-marah dengan logat amerika. Menyinggung kontroversi di balik syuting Terminator Salvation—dimana Bale mengeluarkan kata-kata kasar kepasa sinematografer Shane Hurlbut yang berjalan melewati kamera ketika Bale melakukan pengambilan gambar—Bale tetap memberikan yang terbaik walaupun kita tahu sudah tahu kalau tidak ada penokohan luar biasa dalam naskahnya dan efek visual serta akting para robot pun akan menjadi scene stealernya.
Saya baru akan mulai menyinggung plotnya, jadi untuk seterusnya akan ada spoiler. Bagi orang yang sudah menonton ketiga seri Terminator sebelumnya—untuk Salvation, jembatannya khusus untuk Terminator pertama saja—pasti sudah tahu ending film ini. Kyle Reese muda (Anton Yelchin) pasti selamat dan ketika dewasa (dalam The Terminator diperankan Michael Biehn) akan dikirim oleh anaknya, John Connor, kembali ke masa lalu untuk mencari ibunya, Sarah Connor (dulu diperankan Linda Hamilton). Walaupun begitu, Salvation masih memiliki beberapa twist yang bisa memancing spontanitas decak penonton.
Ada yang cukup menarik dalam Terminator Salvation yang bisa diperhatikan. Pertama tentunya setting pasca kiamat yang sangat depressing. Tingkah para pemberontak yang seperti robot menyiksa manusia setengah robot Marcus. Quote legendaris seperti “I’ll be back,” kembali dimunculkan di sini walaupun sepertinya sangat memaksa. Dan kejutan terbesar datang dengan munculnya kembali CGI dari Arnold Schwarzenegger sebagai T-800 dalam pertempuran klimaks John. Cukup cerdik karena nada pesimis fans selalu mempertanyakan Terminator tanpa Schwarzenegger. Dengan aksi megah yang membuat mata terpaku, Terminator Salvation adalah contoh film yang harus lewat memanaskan musim panas. Masalahnya di sini adalah: Saya tidak akan memfavoritkan film yang membuang puluhan menit durasinya agar tokoh jagoannya bisa diperlihatkan menguji sinyal ampuh pembasmi robot itu.


semoga tulisan ini bisa jadi referensi bagi yang belum nonton film ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kesediannya mengisi komentar pada tulisan-tolisan yang kami posting.