Kamis, 29 Oktober 2009

Sholat Nabi SAW

Shalat di Raudhah Nabi Muhammad SAW
Di kota Madinah, ada banyak tempat yang memiliki fadhilah (keutamaan) apabila seseorang melakukan ibadah di tempat itu. Di antara tempat-tempat tersebut adalah Raudhah Nabi SAW. Oleh karena itu tidak mengherankan jika ada ribuan, bahkan jutaan orang berusaha untuk melakukan ibadah di sana.

Sebenarnya, apakah Raudhah itu? Keistimewaan apa saja yang dimilikinya, sehingga orang-orang berbondong-bondong untuk mendatangi dan beribadah di tempat itu?

Secara bahasa “raudhah” berarti kebun atau taman. Sedangkan yang dimaksud Raudhah di sini adalah suatu tempat yang berada di antara mimbar dan makam Muhammad SAW. Tempat ini selalu digunakan oleh Nabi SAW untuk melakukan shalat sampai akhir hayat beliau. Nabi SAW bersabda :

عن أبي سعيد الخذري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَا بَيْنَ قَبْرِي وَمِنْبَرِي هَذَا رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجِنَانِ

“Dari Abi Sa’id al-Khurdri ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Tempat di antara kubur dan mimbarku ini adalah Raudhah (kebun) di antara beberapa kebun surga”. (Musnad Ahmad bin Hanbal)

Karena tempat ini sangat istimewa, maka seorang di sunnahkan untuk selalu beribadah dan shalat di Raudhah Nabi SAW ini. Disebutkan, seorang muslim yang sedang berziarah ke Madinah, selama dia berada di Madinah, seyogyanya selalu melaksanakan shalat lima waktu di masjid Nabi SAW dan berniat i’tikaf setiap dia memasuki masjid Nabi SAW.

Dia juga dianjurkan untuk mendatangi Raudhah guna memperbanyak shalat dan do’a di sana karena ada hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, “Tempat yang diantara kuburku dan mimbarku ini adalah Raudhah (kebun) diantara beberapa kebun surga”. Seseoarang juga dianjurkan untuk berdo’a di depan mimbar Nabi SAW. Sesuai dengan sabda Nabi SAW, “Mimbarku ini berada di atas telagaku.” (al-Hajj wa al-‘Umrah Fiqhuh wa Asraruh, 237)

Dengan redaksi yang berbeda, al-Imam ar-Rabbani Yahya bin Syarf al-Nawawi dalam kitabnya Kitab al-Idhah fi Manasik al-Hajj menjelaskan, dalam shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW bersabda, “Mimbarku ini berada di atas telagaku”. Imam al-Khathabi berkata, “Maksud hadist di atas adalah bahwa 'orang yang selalu istiqamah melaksanakan ibadah di depan mimbarku, maka kelak di hari kiamat, ia akan minum air dari telagaku' ”. (al-Idhah fi Manasik al-Hajj wal ‘Umrah, 456)

Menjadi jelaslah sekarang bahwa kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di Raudhah Nabi SAW. Karena tempat itu memiliki keutamaan yang sangat besar. Namun jangan sampai karena memperebutkan keutamaan ini, kita sampai mengganggu atau menghilangkan hak-hak atau bahkan menyakiti orang lain.

KH Muhyiddin Abdusshomad
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam, Rais Syuriyah PCNU Jember


Rabu, 28 Oktober 2009

SANTRI SEBAGAI AGENT OF CHANGE


Tak ada yang tidak mungkin seorang santri yang menuntut ilmu dan menetap dalam pondok pesantren, yang notabene hanya mampu berkompeten dalam bidang keilmuan agama saja – di sisi lain buta dalam hal keilmuan umum dan gagap teknologi – mampu bersaing dengan orang-orang luar yang lebih menguasai dalam keilmuan umum dengan media-media informasi yang berkembang pada zaman sekarang. Saat ini banyak orang gempar membahas tentang dunia teknologi informasi yang terkait dengan isu ini, serta berani beradu kemampuan dalam mengkreasikan pengetahuan intelektualnya di media tulis-menulis.

Tak hanya itu, mereka bahkan mencari-cari media yang sekiranya dapat di akses oleh banyak orang, dulu banyak orang memanfaatkan koran, majalah dan tabloid untuk media info yang paling efektif, tetapi pada saat ini – seiring dengan berkembangnya zaman – internet di anggap menjadi media informasi yang lebih efektif dan efisien, selain itu juga dengan biaya yang relatif murah. Tak dapat di pungkiri lagi dunia internet yang sudah merayap ke penjuru belahan dunia bahkan sampai ke pelosok desapun mampu mengundang dan membius perhatian orang banyak akan hal ini. Terkadang santri “minder” menghadapi kenyataan yang berkembang, padahal jika mereka lebih punya kemauan untuk berani mencoba meng-explore pengetahuannya, mereka tak kalah “hebat” untuk bersaing dengan orang-orang pada umumnya, hanya saja mungkin mereka masih kurang dalam penguasaan media informasi digital yang berkembang terutama dalam bidang internet. Sekarang apa sih yang ngga’ bisa menggunakan internet ? mau cari kerjaan, cari jodoh, download atau up-load, semua bisa dengan itu, jangankan cuman mau meng-explore kemampuan intelektual, sangatlah mudah jika kita mau mempelajarinya. Dengan latar balakang inilah banyak instansi pemerintah, maupun lembaga-lembaga sosial yang mau ikut nimbrung mengurusi dan peran serta dalam pengentasan ketidak tahuan kita akan media informasi digital khususnya internet, bahkan tak jarang juga dari mereka mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat pendidikan tentang internet, mulai dari pengetahuan internet itu sendiri sampai ke penggunaan dan pemanfaatan internet secara optimal, seperti pembuatan e-mail, browsing, chatting, downloading, up-loading, atau bahkan pembuatan blog sederhana yang bisa memuat tulisan-tulisan ide kreatif dari banyak orang. Dari sinilah santri dapat mengambil manfaat dengan adanya pelatihan-pelatihan seperti tersebut di atas, ini akan sangat bermanfaat jika santri mau menggunakannya, mengapa begitu? Karena pada zaman sekarang kita yang di landa krisis agama – kurang pengetahuan tentang agama – banyak yang merasa butuh akan informasi-informasi yang terkait tentang keagamaan, santri harus lebih mampu berperan pro-aktif sebagai penyedia informasi tentang keagamaan, dan di sisi lain juga sebagai media syiar dalam konteks Islam. Karena sudah bukan zamannya lagi kita syiar Islam dengan cara-cara konvensional, dengan berpidato di hadapan orang banyak yang lebih mengutamakan kemampuan emosional dan kepercayaan diri, karena target kita pada saat ini berbeda dengan dulu karena sudahlah tidak relevan dan efektif lagi dengan melihat kemampuan orang-orang sekarang yang lebih banyak menggunakan media-media informasi digital untuk mengakses sebuah informasi. Walaupun, masih banyak juga orang yang menggunakan cara-cara konvensioanl untuk mensyiarkan islam, misalnya dalam pesantren sendiri yang terus melestarikan cara ini. Selain itu, santri yang dalam posisinya sebagai seorang pelajar di pesantren, tak jarang dari mereka yang juga belajar di luar pelajaran-pelajaran agama, katakanlah mereka juga sekolah umum misalnya, SD, SMP, SMA sampai ke perguruan tinggi, secara otomatis mereka tak hanya mendapat gelar santri yang belajar di pesantren, tetapi juga siswa atau mahasiswa yang belajar di Sekolah umum, ini akan lebih memberikan nilai plus pada seorang santri dalam pengembangan informasi di dunia maya dengan memanfaatkan teknologi media digital. Yang di harapkan adalah seorang santri selain mereka dapat meng-explore pengetahuan agamanya juga dapat meng-explore pengetahuan umumnya, lebih-lebih mereka mampu mensinergikan antara ilmu agama dan ilmu umum, atau bahkan mengintegrasikan keduanya. Inilah Agent of Change yang sesungguhnya, penguasaan ilmu agama yang mumpuni serta kemampuan ilmu umum yang menyeimbanginya, di tambah dapat menguasai media informasi digital berbasis internet, akan lebih mampu memberi warna untuk mengisi ruang-ruang kosong di era global yang krisis dengan Agama ini.





Linux community

KELOMPOK STUDI LINUX (KSL) UIN 
Jaman sekarang sudah tidak asing lagi dengan sistem operasi yang bersifat open source atau lebih gampangnya bisa di katakan pemakaian sistem operasi yang tidak perlu membayar mahal dalam pemakaiannya alias gratis, sistem operasi lebih di kenal dengan LINUX. Sistem operasi Linux muncul dan berkembang seiring dengan pemakaian sisem operasi dari microsoft semakin “gila-gilaan” dalam mengshare produk-produknya dengan biaya mahal meskipun pada kenyataannya banyak sekali personal, instansi pemerintah maupun badan otonom dalam menggunakan vendor microsoft dengan melakukan pembajakan. Linux mencoba menjadi solusi dalam hal ini, pemakaian OS yang gratis menjadi daya tarik sendiri, apalagi membebaskan user untuk mengembangkan OS ini tanpa ada sanksi yang signifikan. Tidak ada bedanya sama sekali saya sendiri dengan orang lain secara umum, siapa sih yang ngga’ tertarik dengan OS yang dalam pemakaiannya gratis tanpa membayar sepeserpun apalagi fitur-fitur yang di sediakan oleh Linux tidak kalah dengan distribusi yang di sediakan microsoft -- dengan windows XP SP3 dan dan windows vista-nya, yang terbaru bahkan windows seven-- mulai dari distro pertama kali Linux muncul sampai distro yang terbaru dengan Mandriva 2009-nya dan Ubuntu seri 8.10. Mungkin dari beberapa hal di atas juga menjadi motivasi saya pribadi yang hanya sebagai user tidak menutup kemungkinan juga ikut berpartisipasi dalam mengembangkan distro-distro Linux dengan mengikuti Kelompok Studi Linux ini, meskipun pada khususnnya saya sendiri kurang familiar dengan Linux, dan bahkan bisa di katakan sangat awam, justru hal ini yang akan menjadi tantangan saya untuk mempelajari Linux lebih jauh.
Memang KSL belum lama di dirikan, tetapi saya sangat yakin KSL cukup punya potensi dan progress untuk melangkah lebih maju di banding kelompok-kelompok studi lainnya, kenapa saya katakan begitu, mungkin yang menjadi alasan pertama saya adalah karena linux membuka kesempatan kepada pengguna-penggunanya sebagai pengembang linux dengan source code yang di sediakan, beda dengan OS bervendor microsoft. Yang kedua, berdirinya KSL tidak di promotori oleh penggede-penggede fakultas alias dosen-dosen yang ada, tetapi bahkan ide-ide cemerlang teman-teman sendiri alias dari mahasiswa yang sangat “bergairah” untuk belajar linux sampai terbentuk kelompok studi ini, meskipun saya yakin dalam prosesnya membutuhkan kerja ekstra dalam mendirikannya.
Mungkin itu ketertarikan saya dalam menggunakan linux yang bisa saya tulis, tetapi tentunya masih banyak lagi yang ngga’ bisa tulis semua dalam portofolio ini, dan mudah-mudahan ini semua dapat membantu saya dalam mencapai tujuan dan cita-cita ke depan, tentunya buat kita semua. Amin.

Selasa, 27 Oktober 2009

Resensi Terminator Salvation



Saat kita berbicara tentang serangkaian adegan aksi dalam film ini, topik tentang besarnya biaya yang terpakai untuk pembuatan film ini tidak akan selesai-selesai—Terminator Salvation memang sebagian besar hanya berisikan adegan aksi tanpa cerita. Jika Ada beberapa orang yang sudah menontonnya, pasti akan tahu kemana saja larinya uang triliunan itu. Penuh ledakan, aksi robot super besar, tembak-tembakan, kejar-kejaran di udara, motor-motoran, dan semua hal berbau aksi futuristik.
Poin Saya di sini adalah, Terminator Salvation memang tidak punya cerita yang baru—kalaupun temanya menarik, itu memang sepenuhnya milik Terminator milik Cameron, Salvation hanya mengungkit secuil saja sebagai jembatannya. Dengan cerita yang sebenarnya sangatlah pendek, serangakaian adegan aksi dipanjang-panjangkan hingga film ini berhasil menjadi durasi dua jam. Menurut Saya, sebagai penyeimbang antara cerita yang singkat dengan aksi yang mahal, durasi film ini menjadi terlalu lama. Walaupun pada awalnya saya juga kebingungan apa yang akan saya tulis untuk film berdurasi 2 jam ini yang sedikit cerita tetapi banyak menampilkan kecanggihan teknologi-teknologi dalam perannya, dan saya pribadi juga tak banyak tahu teknologi apa saja yang di pakai dalam film ini.
Bagaimana bila kehidupan dikendalikan oleh mesin ciptaan manusia? bagaimana bila manusia berhadapan melawan ciptaannya sendiri? demikian pertanyaan yang hendak dijawab film Terminator Salvation: The Future Begins. meskipun pemeran utama tidak lagi dipegang oleh Arnold Schwarzenegger yang kekar dan macho itu, sekuel Terminator tetap saja menarik bagi penikmat aksi manusia melawan robot.
Christian Bale (Batman Begins dan The Dark Knight) dengan suara serak-seraknya berperan sebagai John Connor pemimpin gerakan separatis melawan Skynet dan mesin-mesin pembunuhnya. tidak tanggung-tanggung mesin-mesin itu gentayangan di darat, air, dan udara demi mengejar dan menangkapi manusia. dari sinilah ketegangan dibangun, dan jalinan cerita dikembangkan.
Connor berhadapan dengan Marcus Wright, seorang dengan masa lalu sebagai pembunuh. Marcus dieksekusi mati, sebelumnya ia telah meneken surat perjanjian untuk penggunaan organ tubuhnya untuk keperluan riset. di tahun 2018, Marcus 'bangkit' dan ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada dirinya setelah eksekusi mati hingga keberadaannya di tahun 2018. Apakah Marcus kemudian menjadi tokoh jahat atau antagonis? pertanyaan ini terkesan terlalu sederhana untuk dijawab hingga pada akhir film karena animasi pertarungan manusia melawan mesin masih terlalu mengasyikkan sebagai tontonan. Sebelum sebuah drama (yang seperti dipaksakan) digelar pada akhir film. dan tampaknya kalimat: "dirimu adalah manusia, bukan mesin. jadi bersikaplah sebagaimana manusia..." menjadi pesan utama yang ingin disampaikan di T4.
Untuk adegan aksi dan drama, film Terminator Salvation menurut saya layak mendapat 7,5 dari 10 bintang.


Tahun 2018, di hari kiamat, para pasukan pemberontak masih terus berperang melawan Skynet untuk bisa bertahan hidup. Banyak orang percaya masa depan manusia bergantung pada nabi muda, John Connor (Christian Bale). Pusat komando gerakan pemberontak yang dipimpin oleh Jendral Ashdown (Michael Ironside) menemukan bom yang bisa menghancurkan skynet dan Connor bersedia menjadi sukarela untuk melakukan misi suci itu. Ternyata ayah Connor yang di tahun ini masih remaja, Kyle Reese (Anton Yelchin) beserta banyak tawanan manusia lainnya masih terjebak di markas skynet yang membuat Connor harus lebih dulu menyelamatkan sang calon ayah. Dalam misi pribadinya ini, Connor dibantu oleh pria kekar dari tahun 2003, Marcus Wright (Sam Worthington), untuk bisa menembus skynet dan menyelamatkan masa depan. Terminator Salvation punya feel yang beda dari tiga film terminator sebelumnya. Bisa di katakan kalau Terminator Salvation seperti Transformers ditambah dengan Mad Max. Setting-nya sangat depressing memperlihatkan bumi post-apocalyptic. Daripada disebut aksi kucing-tikus seperti sebelumnya, Terminator Salvation lebih cenderung menuju jenis film perang dengan warna yang dikurangi serta nyaris selalu kecoklatan seperti Saving Private Ryan.
Berbicara masalah pameran robot, Terminator Salvation adalah seri Terminator yang paling banyak menampilkan robot seri T. Bukan lagi robot yang bisa meleleh atau robot berkedok wanita seksi, tetapi apa yang ada di Terminator Salvation adalah tipe robot-robot raksasa seperti Transformers. Lihat juga mototerminator. Seri T primitif seperti T-600 dan tentu saja ikon seri Terminator, T-800. Semua desain itu sudah dibuat oleh maestro efek khusus Stan Winston, sebelum ia meninggal di tengah-tengah produksi film ini. Dan visual akhirnya sangat extravaganza. Boleh diadu dengan kemegahan Transformers—dan memang sepertinya Terminator Salvation pasti akan menjadi pembanding saat sekuel Transformers dirilis beberapa minggu lagi.
Sam Worthington mencuri perhatian lewat perannya sebagai pria dari masa lalu yang kembali hidup di masa depan, Marcus Wright—ia sudah menutup peran sentral John Connor. Christian Bale membawa emosi khas Batman ke dalam tokoh John Connor. Ia marah-marah dengan logat amerika. Menyinggung kontroversi di balik syuting Terminator Salvation—dimana Bale mengeluarkan kata-kata kasar kepasa sinematografer Shane Hurlbut yang berjalan melewati kamera ketika Bale melakukan pengambilan gambar—Bale tetap memberikan yang terbaik walaupun kita tahu sudah tahu kalau tidak ada penokohan luar biasa dalam naskahnya dan efek visual serta akting para robot pun akan menjadi scene stealernya.
Saya baru akan mulai menyinggung plotnya, jadi untuk seterusnya akan ada spoiler. Bagi orang yang sudah menonton ketiga seri Terminator sebelumnya—untuk Salvation, jembatannya khusus untuk Terminator pertama saja—pasti sudah tahu ending film ini. Kyle Reese muda (Anton Yelchin) pasti selamat dan ketika dewasa (dalam The Terminator diperankan Michael Biehn) akan dikirim oleh anaknya, John Connor, kembali ke masa lalu untuk mencari ibunya, Sarah Connor (dulu diperankan Linda Hamilton). Walaupun begitu, Salvation masih memiliki beberapa twist yang bisa memancing spontanitas decak penonton.
Ada yang cukup menarik dalam Terminator Salvation yang bisa diperhatikan. Pertama tentunya setting pasca kiamat yang sangat depressing. Tingkah para pemberontak yang seperti robot menyiksa manusia setengah robot Marcus. Quote legendaris seperti “I’ll be back,” kembali dimunculkan di sini walaupun sepertinya sangat memaksa. Dan kejutan terbesar datang dengan munculnya kembali CGI dari Arnold Schwarzenegger sebagai T-800 dalam pertempuran klimaks John. Cukup cerdik karena nada pesimis fans selalu mempertanyakan Terminator tanpa Schwarzenegger. Dengan aksi megah yang membuat mata terpaku, Terminator Salvation adalah contoh film yang harus lewat memanaskan musim panas. Masalahnya di sini adalah: Saya tidak akan memfavoritkan film yang membuang puluhan menit durasinya agar tokoh jagoannya bisa diperlihatkan menguji sinyal ampuh pembasmi robot itu.


semoga tulisan ini bisa jadi referensi bagi yang belum nonton film ini.


SANTRI INDIGO

Hari ini seluruh santri se-Yogyakarta mengikuti pelatihan "Internet Sebagai Sarana Syiar Digital" di Yayasan Ali Maksum krapyak Yogyakarta. Di mulai pada jam 08.00 WIB dan resmi di buka oleh Bapak Wali Kota Yogyakarta, beliau mengatakan bahwasanya santri haruslah bangun dari tidur panjangnya dan bukan saatnya lagi untuk tidak mengenal dunia informasi, khususnya adalah internet yang menguasai dunia informasi secara umum baik di Indonesia maupun di Dunia, karena pada dasarnya santri adalah seseorang yang mempunyai kapasitas intektual yang cukup kuat untuk mengembangkan kreatifitas untuk mengisi kekosongan-kekosongan informasi terutama dalam konteks keislaman.

Apa saja sih rangkaian acaranya?, Bagaimana sih acaranya? Apa yang akan kita dapatkan dalam acara tersebut?, Apakah kita termasuk santri yang berkreasi dalam dunia informasi?