Selasa, 22 Februari 2011

REINTERPRETASI SISTEM KADERISASI DI TINGKATAN PELAJAR


            Segala bentuk pemahaman tentang organisasi, terutama dalam tubuh pergerakan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU), di harapkan mampu menjadi mediator dan sarana keluh kesah permasalahan yang ada di tingkatan pelajar, tak hanya itu, IPNU sebagai organisasi kader harus bisa mengakomodasi dan memberikan sumbangsih lebih terhadap apa yang menjadi kebutuhan pelajar, baik dari sisi akademik keilmuan umum, maupun sisi keagamaan dalam membentuk watak dan akhlak. Ini harus menjadi perhatian khusus sekaligus PR besar bagi IPNU. Selama dekade terakhir, yang terjadi di IPNU, hanya perhatian soal keorganisasian dan pembentukan pola pikir kepemimpinan, ini terbukti dengan adanya sistem pelatihan tentang kader dasar atau yang sering di sebut Latihan Kader Dasar (LKD) yang di selenggarakan di sekolah-sekolah umum, khususnya sekolah-sekolah Ma’arif.
            Pelajar yang notabene merupakan salah satu Agent of Change ,watak kepemimpinan memang harus sudah ada dan sangat dibutuhkan, akan tetapi bagaimana menjadi seorang pemimpin yang adil, bijaksana, sabar, dan lain sebagainya, dalam pembentukan sifat pemimpin yang berkharisma dan berwibawa, skill kepemimpinan dan manajemen organisasi yang baik saja,  belum cukup, masih butuh “ramuan-ramuan” khusus untuk membentuknya. Akhlak yang baik merupakan komponen utama dan paling penting dalam character building, bagaimana bersikap tenang, bijaksana, adil dalam menentukan tiap kebijakan dan keputusan, dan sikap sabar, hanya bisa terbentuk dengan adanya karakter akhlak yang baik.
            Melihat keadaan seperti ini, IPNU dirasa perlu untuk melakukan reinterpretasi terhadap sistem pengakaderan yang selama ini dilakukan, dengan kata lain, tidak hanya melakukan pelatihan-pelatihan tentang kader kepemimpinan, tetapi juga perlu untuk melakukan pengawalan akhlak bagi pelajar, syukur-syukur jika juga ada sistem pengkaderan yang  berupa pelatihan tentang pembentukan akhlak. Tentu saja hal ini tidaklah mudah di lakukan oleh personal di organisasi IPNU saja, apalagi dengan banyaknya pelajar di sekolah-sekolah, mengawasi satu per satu siswa yang ada, tentu saja sangat mustahil dilakukan jika IPNU harus berperan dan berjuang sendiri untuk mengawal masalah akhlak, harus tetap ada pihak-pihak lain yang di harapkan mampu untuk juga ikut andil dan berpartisipasi, dalam hal ini tentunya pihak sekolah sebagai instansi resmi pemerintah, juga peran orang tua sebagai controller utama ketika berada di rumah dan lingkungan sekitar. IPNU mengadakan pelatihan bertema pembentukan akhlak, sekolah juga perlu untuk menambah kuantitas pelajaran yang bertema akhlak, entah dengan menjadikan akhlak sebagai mata pelajaran baru atau memasukkan akhlak di mata pelajaran agama, baru setelah itu pengawasan dan controlling di lakukan oleh orang tua, bagaimanapun juga peran orang tua lebih penting dan mutlak dibutuhkan. Untuk itu dari pihak IPNU sebagai salah satu stake holder dalam pembentukan akhlak, perlu melakukan komunikasi dan konsolidasi terhadap pihak-pihak yang turut andil, dengan mengadakan pertemuan dengan sekolah maupun dengan orang tua, membicarakan dan mendiskusikan sistem maupun pola yang akan di gunakan, mungkin dengan cara inilah semuanya akan sangat mudah untuk dilakukan. Jadi, IPNU sebagai organisasi kader untuk pelajar, lebih dirasakan keberadaannya, baik oleh pelajar sendiri, maupun sekolah dan para orang tua, tidak hanya dalam pembentukan kader kepemimpinan, tetapi juga ikut berperan dalam pembentukan karakter akhlak, sehingga pelajar benar-benar mampu untuk menjadi sosok Agent of Change harapan bangsa sebagai warga negara, dan harapan agama sebagai pemeluk yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kesediannya mengisi komentar pada tulisan-tolisan yang kami posting.